Monday, August 16, 2010

Merdeka

Surat Pembaca KOMPAS Jateng 16/8/10

Kata Merdeka menjadi kata kunci dari sebuah perjuangan. Apalagi jaman pergerakan menuju negara Kesatuan Republik Indonesia guna melepaskan diri dari penjajahan.
Lalu, bagaimanakah cita-cita mulia kebebasan (merdeka) yang kita dapati. Apa sesuai cita-cita dan harapan dari pendiri negara?
Ternyata segala kemungkaran, kedengkian, iri hati dan kemunafikan menjadi bentuk kemudaratan masif. Korupsi, Kolusi, manipulasi, penindasan, penganiayaan, pembodohan, pengkerdilan, perampasan hak hidup termasuk dalam kebebasan memeluk agama masih melingkari berbagai masalah bangsa.
Semboyan merdeka harusya bukan hanya asa.Sebab sudah 65 tahun lamanya negara ini secara kokoh berdiri di belantara dunia. Kita butuh kedamaian dan keharmonisan hakiki.
Sayang kemiskinan, kemelaratan, disharmonisasi kehidupan bermasayarakat dan bernegara belum menunjukkan secara hakiki arti merdeka itu sendiri. Mengapa?
Negara ini sudah merdeka bung!

FX Triyas Hadi Prihantoro
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta
warga Epistoholik Indonesia.

Thursday, August 12, 2010

Mengobarkan Nasionalisme

Surat Pembaca Kompas Jateng 10/8/10

Bulan Agustus menjelang peringatan Proklamasi Kemerdekaan ke 65 RI semestinya pengobaran semangat Nasionalisme terus di galakkan. Caranya mulai dari resik-resik, pengecatan kembali, pemasangan bendera dan aneka perlombaan.
Namun tidaklah dilupakan bahwa pengobaran itu janganlah berhenti sesaat. Pasalnya semangat kebangsaan kepada negara ini merupakan harga mati untuk selalu digelorakan.
Runtuhnya nasionalisme di era kekiniaan sangat kasat mata saat rasa kasih sayang, simpati dan empati terkikis oleh egoisme dan individualisme. Secara nyata sering kita dengar, lihat dan rasakan bahwa sangat murahnya harga diri dan rentannya sikap manusia dalam meremehkan segala hal.
Mengobarkan Nasionalisme merupakan pekerjaan bersama seluruh anak bangsa, bukan kolektivitas semata. Mulai menyelesaikan masalah kecil, ringan dan sederhana.Semoga!

FX Triyas Hadi Prihantoro
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta

Puasa Bentuk Penyadaran

Surat Pembaca Kompas Jateng 12/8/10

Karut marut masalah bangsa sudah mulai pada titik nadir. Kemerosotan mental spiritual, sosial dan moral anak bangsa termasuk pejabatnya semakin transparan.Demikian halnya upaya pembentukan pembangunan karakter bangsa seolah mentok tanpa solusi.Berbagai "borok" kehidupan semakin merajalela sampai sektor kehidupan terendah.
Sejatinya bentuk penyadaran harus dilakukan dengan berbagai contoh keteladanan dan tindakan riil. Upaya menggali perasaan tidak hanya ungkapan batin, namun wujud konkrit dalam praktek.
Bulan puasa merupakan bulan rahmat. Sebagai insan umat beriman yang cinta akan kedamaian, puasa sebagai bentuk penyadaran umat manusia bahwa kita merupakan bagian dari kehidupan alam semesta dengan segala persoalan.
Marhaban ya Ramadhan.

FX Triyas Hadi Prihantoro
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta